Count Down

Mencari Superman Superwoman

Mencari Superman Superwoman
Indonesia dengan penduduk sekitar 220 juta adalah negara empat terbesar di dunia. Indonesia berada di bawah Republik Rakyat China yang berpenduduk 1,298 miliar, India 1.065 miliar,dan Amerika Serikat sekitar 297 juta.

Berarti, pemimpin Indonesia juga setidaknya harus sekaliber ....

(Lengkapnya: Lihat Blog Terkait)

Faisal K Usulkan Budiman Sudjatmiko


FAISAL KAMANDOBAT
Menulis puisi dan esei di berbagai mdia massa seperti Kompas, Media Indonesia, Suara Merdeka, Koran Tempo dan Horison. Buku yang telah terbit Alangkah Tolol Patung Ini (Antologi Puisi, 2007). Sekarang bekerja di humas Akar Indonesia Institute, Jogjakarta.


Bagiku, Budiman Sudjatmiko layak menjadi Presiden RI karena aku mengenal orang yang satu ini dengan baik. Sosok satu ini punya potensi menjadi pemimpin negeri ini dengan alasan sebagai berikut:

Pertama, dia punya kualitas moral yang cukup sebagaimana tercermin pada kehidupannya yang sederhana, tidak mengejar kekayaan materiil, dapat bergaul dengan berbagai kelompok ideologi, kelas sosial dan profesi--hal yang mutlak dilakukan untuk menjadi pemimpin.

Kedua, dia memiliki sikap politik yang tegas dan jelas sebagaimana tercermin pada biografi politiknya di mana tampak sekali ia memiliki prinsip yang tidak bisa ditawar dalam berpolitik, tidak sebagaimana banyak politisi lain yang demi uang dan jabatan segalanya lantas dikorbankan.

Ketiga, dia memiliki basis pengetahuan yang memadai dalam bidang politik dan ekonomi baik dalam maupun regional atau global, dan tampaknya ingin membawa negeri ini ke arah "New Socialism" seperti negara-negara Amerika Latin terutama Venezuela, Brazil, Bolivia dan Argentina, yang kian melejit setelah menganut arah politik ekonomi ini. Budiman, sebagaimana tercermin pada artikel-artikelnya, tampak ingin membawa "New Socialism" ke Indonesia yang kian karut-marut akibat ekonomi-politik neo-liberal yang terbukti gagal-total sebagaimana terlihat pada krisis yang tidak menentu selama ini. Hanya, tampaknya ia perlu melakukan adaptasi yang luwes dan efektif untuk diterapkan di Indonesia mengingat konteks dan faktor yang mempengaruhi negara ini juga berbeda, dan kupikir latar belakang pengalaman politik dan akademiknya akan membantu dia dalam soal yang satu ini.

Keempat, dia punya minat yang luas. Ia bukan politisi "kaca mata kuda" yang mengukur kemajuan dari statistik ekonomi semata, tapi juga dari nilai kultural dan artistik yang dihasilkan oleh bangsanya. Tidak ada bangsa yang maju tanpa visi kultural dan artistik yang jauh, pula tidak ada pemimpin yang mampu membawa angin perubahan tanpa didukung cinta yang besar pada dua hal ini. Lihat Mao Tse Tung yang penyair, Soekarno yang pelukis, Syahrir yang musisi, Lenin yang pelahap novel-novel Dostojevsky dan Tolstoy dan Kenndedy yang cinta mati pada puisi-puisi Frost. "Jika politik kotor, puisi yang membersihkannya," kata Kennedy. Abdurrahman Wahid juga punya minat yang kuat dalam bidang ini, tapi sayangnya terguling karena tidak didukung tim yang solid disamping musuh-musuh politiknya yang cara berpikirnya hampir semua "berkaca mata kuda" alias hanya melihat peluang politik dan ekonomi semata, mirip Soeharto.

Namun begitu, dukungan saya pada Budiman Sudjatmiko tidak buta. Dia juga punya beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki. Di antaranya, terlalu serius jika berbicara dan kurang humor, padahal itu penting di tengah suhu politik yang tinggi; langkah-langkah politiknya mirip permainan catur Karpov yang tenang dan kaku, padahal perlu sedikit terobosan imajinatif seperti Fischer atau Kasparof agar penonton terhibur; dalam memilih makanan kurang memikirkan kandungan gizi sehingga badannya kurang gemuk dan tampilannya masih kalah wibawa dibanding Al-Pacino si bintang film watak yang tema-tema filmnya seringkali konyol dan ironis.

Sekian, semoga dukungan saya ini sampai pada teman dan tetangga desa saya yang sedang melahap novel-novel Orhan Pamuk yang belum lama ini saya kasih.

Salam, Faisal Kamandobat

Tidak ada komentar: